BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Farmakologi
merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan interaksi antara sebuah sistem
dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari luar yang masuk ke dalam sistem
tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil yang ketika masuk
ke dalam tubuh, akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai interaksi di
tingkat molekuler. Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience)
yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
Banyak
fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu menyusui terpaksa minum obat
karena masalah kesehatan yang mereka alami, 12% ibu hamil mengkonsumsi obat-obat
analgetika, sedangkan 9% menggunakan obat yang diresepkan dokter, akibat
penyakit yang menyertai seperti hipertensi dan asma. Dengan hal demikian akan
menimbulkan dampak kecacatan pada bayi, seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi
di Australia mengalami cacat lahir relative berkaitan dengan penggunaan obat.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian obat?
2. Bagaimana
perubahan farmakologi obat pada kehamilan?
3. Bagaimana
pengklasifikasian obat pada kehamilan?
4. Bagaimana
farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit?
5. Bagaimana
prinsip penggunaan obat pada kehamilan?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui
pengertian obat
2. Mengetahui
perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3. Mengetahui
pengklasifikasian obat pada kehamilan
4. Mengetahui
farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
5. Mengetahui
prinsip penggunaan obat pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Obat
Obat
ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan
atau bagian badan manusia (SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/
71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut
Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau
hewan.
2.2. Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan
Pada masa
kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan
fisiologis inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi,
metabolisme maupun ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap
obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua faktor utama:
1. Perubahan
Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal
a. Absorbsi
saluran cerna
Pada wanita
hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan wanita tidak
hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut akan
menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini
akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya
b. Absorbsi paru
Pada kehamilan
terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan aliran darah
paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi alveolar,
sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.
c. Distribusi
Volume
distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan
jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan berakibat
peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan
peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42
L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat
peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam
serum.
d. Pengikatan
protein
Sesuai dengan
perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis
yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak
terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka
pada wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.
e. Eliminasi
oleh hati
Fungsi hati
dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan progesteron yang
tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hati
meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang
disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin
dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi
komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesterone.
f. Eliminasi
ginjal
Pada kehamilan
terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang dikeluarkan
dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.
2. Efek
kompartemen fetal-plasental
Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan
antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi
jika obat lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana
rasio konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian
obat dibandingkan setelah terjadi distribusi.
a. Efek
protein pengikat
Protein plasma
janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan protein plasma ibu
terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak terikat
pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat
(bebas) adalah yang mampu melewati sawar plasenta.
b. Keseimbangan
asam-basa
Molekul yang
larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis lebih cepat
dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain itu
PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah
akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan
mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul
akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada
janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion
trapping.
c. Eliminasi
obat secara feto-placental drug eliminaton
Terdapat
bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme obat. Semua
proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati bayi
sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang,
dan aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat
menimbulkan efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin.
Sebagian besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke
kompartemen ibu. Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan
asal-usulnya sehingga kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta,
dan berakibat penimbunan metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia
kehamilan, makin banyak obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini
menunjukkan maturasi ginjal janin.
d. Keseimbangan
Obat Maternal-fetal
Jalur utama
transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat yang
bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah
berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu
dan janin mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin
harus dicapai secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi
janin intrauterin, karena obat diberikan melalui ibunya.
2.3. Pengklasifikasian Obat Ibu
hamil
Rujukan
yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak
untuk wanita hamil adalah
Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5
kategori:
1.
Kategori A
Studi terkontrol pada
wanita tidak
memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap
janin sangat rendah.
Contoh2
obat kategori A
- Ascorbic acid (vitamin C) *masuk
kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Doxylamine, Ergocalciferol *masuk
kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Folic acid *masuk kategori C jika
dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
- Hydroxocobalamine *masuk kategori C
jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk
kategori C jika digunakan per oral dan topikal*,
- Pantothenic acid *masuk kategori C
jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Potassium chloride, Potassium citrate,
Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin B6), Riboflavin *masuk
kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US
RDA*,
- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US
RDA*,
- Vitamin E *masuk kategori C jika
dosisnya melebihi US RDA*.
2.
Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang
percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin tetapi belum
ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi binatang
percobaan yang menunjukkan efek samping
( selain penurunan tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi
terkontrol pada trimester 1 dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester
selanjutnya.
Contoh
obat kategori B
- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
- Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin,
Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine,
Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin,
Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime, Cefmetazole,
Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin,
Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone,
Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,
- Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang
diinduksi oleh kehamilan*,
- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine,
Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.
3.
Kategori C
Studi pada binatang percobaan
menunjukkan adanya efek samping pada
janin (teratogenik) dan tidak
ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita maupun binatang
percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada
ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin
terjadi pada janin.
Contoh
obat kategori C
• Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine,
Albendazole, Albumin, Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride,
Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin,
Bacitracin, Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine,
Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate,
Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium
glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium
polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril,
• Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate,
Chloramphenicol, Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline
theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride,
Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin,
Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan,
Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole,
Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide,
Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine,
Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole,
Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih
banyak lagi.
4.
Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini
hanya diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko
yang akan terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam
hal mana obat lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).
Contoh
obat kategori D
• Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine,
Carbimazole, Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline,
Imipramine, Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole,
Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil,
Voriconazole dan masih banyak lagi.
5.
Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah
memperlihatkan adanya kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko
terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari
manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan kontra indikasi bagi wanita
hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Contoh
obat kategori X
• Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin,
Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic
acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol,
Desogestrel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride,
Ergometrin, Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate,
Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*,
Flurouracil,
Obat yang digunakan pada kehamilan
1. Preparat
Antasid
Fungsinya untuk meredakan gejala
gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.
Kerja
dan efek samping Antasid
Preparat antasid mengurangi keasaman
lambung yang :
1.
Menetralkan isi lambung
2.
Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter esoffagus bagian
distal.
3.
Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk gejalanya atau
memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.
Contoh
obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico, infacol.
Interaksi
dengan antasid.
Absorbsi kebanyakan obat, termasuk
obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu oleh antasid dan salut enteriknya
akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
-
Penggunaan antasid apapun dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal.
-
Jika sudah terdapat insufisiensi renal
dengan derajat berapapun (seperti pada pre-eklampsia atau jika ada bukti ISK
yang berkali-kali),penggunaan antasid sebaiknya dihindari karena preparat ini
dapat menumpuk dan menyebabakn toksitositas.
-
Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan
dapat disertai dengan cacat lahir. (Van Way,1999)
2. Obat
antagonis Histamin²
Fungsinya
untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.
Kerja
dan efek samping antagonis :
- meningkatkan sekresi gastrin.
- mengurangi pengeluaran asam
lambung.
- menyebabkan vertigo, somnolen, dan
rasa lelah
- menyebabkan mual, kram lambung,
konstipasi, diare.
Conth
obat : De-Nol, Losec.
Interaksi
dengan antagonis H2 :
-
Tidak dapat diserap dengan baik jika
diminum dengan antasid, harus berselang 2 jam.
-
Kebiasaan merokok akan mengurangi
kesembuhan ulkus dan meningkatkan penguraian obat-obat antagonis H2.
3. Obat
pencahar (Laksatit)
Fungsinya
sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan dalam bentuk
preparat oral, enema, atau supositoria.
Efek
sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, flora colon, motilitas usus.
Contoh
obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.
Interaksi
dengan obat pencahar :
• Dapat
mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
• Pemberian
dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan menimbulkan motilitas
lambung.
2.4.
Farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
a. Penyakit
asma pada kehamilan
Penyakit asma dapat
mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di negara industri, yang meliputi 5%
ibu hamil.
Penyakit asma ditandai
oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan remodelin bronkiolus.
Obat yang digunakan pada
asma
• Bronkodilator
agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium), metilsantin (teofilin).
agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium), metilsantin (teofilin).
• Anti-inflamasi
kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason, prednisolon), antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).
kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason, prednisolon), antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).
b. Gangguan
mental
Obat yang digunakan
·
Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia,
mual, diare, konstipasi, gangguan cerna, kecemasan, perubahan frekuensi
jantung, perdarahan.
·
Antipsikotik (proklorperazin)
efek sampingnya yaitu kelainan postur dan
gerak, produksi prolaktin.
·
Arisiolitik (benzodiazepin)
efek sampingnya yaitu
penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan sindrom bayi yang
terkulai, depresi pernapasan.
·
preparat anti mania(senyawa litium,
karbamazepin)
efek
sampingnya yaitu mual, muntah, diare.
c. Diabetes
mellitus
Kelainan metabolisme
yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi insulin. Penanganannya
dapat berupa pengaturan makan atau diet dan pemberian obat-obat hipoglikemi
oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus mengkonsumsi 25 gram
karbohidrat pada saat makan.
d. Epilepsi
Serangan epilepsi yang
menyeluruh berpotensi untuk membahayakan keselamatan ibu dan janinnya. Serangan
kejang tonik-klonik dapat menyebabkan hipoksia janin serta asidosis. Serangan
epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada embrio dan mengakibatkan
malformasi.
Obat yang digunakan
pada epilepsy
·
Obat antiepilepsi generasi pertama.
-
Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne,
hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat menimbulkan agranulositosis/
anemia aplatik yang fatal.
-
Natrium valproat
Efek sampingnya
yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
- Fenitoin
Efek
sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.
·
Obat antiepilepsi generasi kedua
-
felbamat
-
gabapentin
-
lamotrigin
-
okskarbazepin
-
tiagabin
-
topiramat
-
vigabatrin
2.5.
Prinsip penggunaan obat pada kehamilan
-
Bila mungkin, penanganan tanpa obat
harus dicoba dahulu
-
Umumnya obat-obat lama yang sudah
terbukti keamanannya lebih disukai daripada obat-obat yang baru dipasarkan
-
Preparat kombinasi sedapat mungkin harus
dihindari dan sebaiknya dipilih preparat yang mengandung sebuah unsur obat saja
-
Hindari penggunaan obat bebas pada
trimester pertama kecuali alasan yang mendesak
-
Gunakan obat dengan takaran yang paling
rendah untuk janhka waktu yang sesingkat mungkin.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.Kesimpulan
Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan
berkategori A B dan C serta obat yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil
dengan kategori D dan X.
3.2.Saran
Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada
obat ketika mengalami keluhan dan lebih baik mengkonsumsi yang alami.
TABEL
KATEGORI OBAT DITINJAU DARI FUNGSI OBAT
Obat
Anestesi
|
|
Nama
Obat
|
Kategori Risiko
Kehamilan**
|
Local
anesthetics
|
|
Articaine
(Septocaine)
|
-
|
Bupivacaine
(Marcaine)
|
C
|
Lidocaine
(Xylocaine)
|
C
|
Mepivacaine
(Carbocaine, Polocaine)
|
C
|
Procaine
HCL (Novocaine)
|
C
|
General
anesthetics
|
|
Halothane
(Fluothane)
|
C
|
Isoflurane
(Forane)
|
-
|
Ketamine
|
-
|
Methohexital
(Brevital)
|
B
|
Nitrous
oxide
|
-
|
Sevoflurane
(Ultane)
|
B
|
Thiopental
(Pentothal)
|
C
|
Nama Generik
|
Nama Dagang
|
Kategori Risiko Kehamilan**
|
Anti Hipertensi
|
||
Captopril
|
Capoten
|
D
|
Diltiazem/Diltiazem HCL
|
Cardizem Sr, Dilacor-XR, Diltiazem,
Cardizem CD
|
C
|
Enalapril/Enalapril Maleate
|
Vasotec
|
C (1st trim.)
D (2nd, 3rd trim.) |
Hydralazine
|
Apresoline
|
C
|
Labetalol
|
Trandate, Normodyne
|
C
|
Methyldopa
|
Aldomet
|
C
|
Metoprolol
|
Toprol XL, Lopressor
|
B
|
Minoxidil
|
Loniten, Minodyl, Rogaine
|
C
|
Nadolol
|
Corgard, Nadolol
|
C
|
Nifedipine
|
Adalat, Procardia
|
C
|
Oxprenolol
|
Apsolox, Slow-Trasicor, Trasicor
|
-
|
Propranolol
|
Inderol
|
C
|
Sotalol
|
Betapace
|
B
|
Timolol
|
Blocadren
|
C
|
Verapamil
|
Calan, Isoptin, Covera-HS
|
C
|
Nama Generik
|
Nama Dagang
|
Kategori Risiko Kehamilan**
|
Cardiac stimulants
|
||
Digoxin
|
Lanoxin, Lanoxicaps
|
C
|
Laksan (Pelancar BAB)
|
||
Cascara/Cascara Sagrada
|
-
|
C
|
Danthron
|
-
|
-
|
Magnesium sulfate
|
Epsom salt
|
B
|
Senna
|
-
|
-
|
Obat malaria
|
||
Chloroquine
|
Aralen, Novo-chloroquine
|
C
|
Hydroxychloroquine
|
Plaquenil
|
C
|
Pyrimethamine
|
Daraprim
|
C
|
Quinine
|
Quinamm
|
D
|
Medical Testing
|
||
Diatrizoate
|
-
|
-
|
Fluorescein
|
-
|
C
|
Gadopentetic (Gadolinium)
|
-
|
C
|
Iohexol
|
Omnipaque
|
B
|
Iopanoic acid
|
Telepaque
|
D
|
Metrizamide
|
Amipaque
|
B
|
Metrizoate
|
Isopaque
|
B
|
Nama Generik
|
Nama Dagang
|
Kategori Risiko Kehamilan**
|
Obat Migren
|
||
Sumatriptan
|
Imitrex
|
C
|
Obat Sedativ
|
||
Chloral hydrate
|
Aquachloral, Noctec
|
C
|
Methyprylon (withdrawn from use in US
& Canada)
|
-
|
-
|
Bromide
|
-
|
D
|
Secobarbital
|
Seconal
|
D
|
Obat Tidur
|
||
Zolpidem/Zolpidem Tartrate
|
Ambien
|
B
|
Obat Anti Tiroid
|
||
Carbimazole
|
-
|
D
|
Methimazole (active metabolite of
carbimazole)
|
Tapazole
|
D
|
Propylthiouracil
|
PTU
|
D
|
Thiouracil
|
-
|
-
|
Levothyroxine
|
Synthroid, Levothroid, Thyroid, Levo-T,
Levoxyl
|
A
|
DAFTAR PUSTAKA
Jordan,
Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Perubahan
Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan _ farmakoterapi-info.htm. diakses
tanggal 14 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar