we're

we're

Sabtu, 23 Februari 2013

Makalah Farmakologi Kehamilan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan interaksi antara sebuah sistem dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari luar yang masuk ke dalam sistem tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil yang ketika masuk ke dalam tubuh, akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai interaksi di tingkat molekuler. Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
Banyak fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu menyusui terpaksa minum obat karena masalah kesehatan yang mereka alami, 12% ibu hamil mengkonsumsi obat-obat analgetika, sedangkan 9% menggunakan obat yang diresepkan dokter, akibat penyakit yang menyertai seperti hipertensi dan asma. Dengan hal demikian akan menimbulkan dampak kecacatan pada bayi, seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi di Australia mengalami cacat lahir relative berkaitan dengan penggunaan obat.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian obat?
2.      Bagaimana perubahan farmakologi obat pada kehamilan?
3.      Bagaimana pengklasifikasian obat pada kehamilan?
4.      Bagaimana farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit?
5.      Bagaimana prinsip penggunaan obat pada kehamilan?

1.3.Tujuan
1.      Mengetahui pengertian obat
2.      Mengetahui perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3.      Mengetahui pengklasifikasian obat pada kehamilan
4.      Mengetahui farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
5.      Mengetahui prinsip penggunaan obat pada kehamilan




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
2.2. Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan
Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua faktor utama:
1.      Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal
a.       Absorbsi saluran cerna
Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya
b.       Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.
c.       Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam serum.
d.      Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.
e.       Eliminasi oleh hati
Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesterone.
f.       Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih rendah.
2.      Efek kompartemen fetal-plasental
Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat dibandingkan setelah terjadi distribusi.
a.       Efek protein pengikat
Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan protein plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak terikat pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat (bebas) adalah yang mampu melewati sawar plasenta.
b.      Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion trapping.
c.       Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton
Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati bayi sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang, dan aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat menimbulkan efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu. Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat penimbunan metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin.
d.      Keseimbangan Obat Maternal-fetal
Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat yang bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan janin mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus dicapai secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin, karena obat diberikan melalui ibunya.

2.3. Pengklasifikasian Obat Ibu hamil
Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:
1.      Kategori A
                        Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin sangat rendah.
Contoh2 obat kategori A
Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral dan topikal*,
Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.

2.      Kategori B
            Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1 dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.
Contoh obat kategori B
- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
- Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,
- Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*,
- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.

3.      Kategori C
            Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Contoh obat kategori C
      Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin, Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin, Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril,
      Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan, Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole, Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih banyak lagi.
4.      Kategori D
            Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).
Contoh obat kategori D
      Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan masih banyak lagi.

5.      Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Contoh obat kategori X
      Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*, Flurouracil,

Obat yang digunakan pada kehamilan
1.      Preparat Antasid
            Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.
Kerja dan efek samping Antasid 
            Preparat antasid mengurangi keasaman lambung yang :
1. Menetralkan isi lambung
2. Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter esoffagus bagian distal.
3. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk gejalanya atau memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.
Contoh obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico, infacol.
Interaksi dengan antasid.
            Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu oleh antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
-          Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal.
-          Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti pada pre-eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan antasid sebaiknya dihindari karena preparat ini dapat menumpuk dan menyebabakn toksitositas.
-          Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir. (Van Way,1999)

2.      Obat antagonis Histamin²
Fungsinya untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.
Kerja dan efek samping antagonis :
            - meningkatkan sekresi gastrin.
            - mengurangi pengeluaran asam lambung.
            - menyebabkan vertigo, somnolen, dan rasa lelah
            - menyebabkan mual, kram lambung, konstipasi,    diare.
Conth obat : De-Nol, Losec.
Interaksi dengan antagonis H2 :
-          Tidak dapat diserap dengan baik jika diminum dengan antasid, harus berselang 2 jam.
-          Kebiasaan merokok akan mengurangi kesembuhan ulkus dan meningkatkan penguraian obat-obat antagonis H2.

3.      Obat pencahar (Laksatit)
Fungsinya sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan dalam bentuk preparat oral, enema, atau supositoria.
Efek sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, flora colon, motilitas usus.
Contoh obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.
Interaksi dengan obat pencahar :
      Dapat mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
      Pemberian dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan menimbulkan motilitas lambung.

2.4. Farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
a.       Penyakit asma pada kehamilan
Penyakit asma dapat mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di negara industri, yang meliputi 5% ibu hamil.
Penyakit asma ditandai oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan remodelin bronkiolus.
Obat yang digunakan pada asma
      Bronkodilator
agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium), metilsantin (teofilin).
      Anti-inflamasi
kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason, prednisolon), antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).

b.      Gangguan mental
Obat yang digunakan
·         Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna, kecemasan, perubahan frekuensi jantung, perdarahan.
·         Antipsikotik (proklorperazin)
     efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.
·         Arisiolitik (benzodiazepin)
efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan sindrom bayi yang terkulai, depresi pernapasan.
·         preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)
         efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.

c.       Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan. 

d.      Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan keselamatan ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan hipoksia janin serta asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada embrio dan mengakibatkan malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy
·         Obat antiepilepsi generasi pertama.
-          Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.
-          Natrium valproat
Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
         -     Fenitoin
Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.

·         Obat antiepilepsi generasi kedua
-          felbamat
-          gabapentin
-          lamotrigin
-          okskarbazepin
-          tiagabin
-          topiramat
-          vigabatrin

2.5. Prinsip penggunaan obat pada kehamilan

-          Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba dahulu
-          Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti keamanannya lebih disukai daripada obat-obat yang baru dipasarkan
-          Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan sebaiknya dipilih preparat yang mengandung sebuah unsur obat saja
-          Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama kecuali alasan yang mendesak
-          Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk janhka waktu yang sesingkat mungkin.

 


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.Kesimpulan
Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C serta obat yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.
3.2.Saran
Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada obat ketika mengalami keluhan dan lebih baik mengkonsumsi yang alami.





TABEL KATEGORI OBAT DITINJAU DARI FUNGSI OBAT

Obat Anestesi
Nama Obat
Kategori Risiko Kehamilan**
     Local anesthetics
Articaine (Septocaine)
-
Bupivacaine (Marcaine)
C
Lidocaine (Xylocaine)
C
Mepivacaine (Carbocaine, Polocaine)
C
Procaine HCL (Novocaine)
C
     General anesthetics
Halothane (Fluothane)
C
Isoflurane (Forane)
-
Ketamine
-
Methohexital (Brevital)
B
Nitrous oxide
-
Sevoflurane (Ultane)
B
Thiopental (Pentothal)
C

Nama Generik
Nama Dagang
Kategori Risiko Kehamilan**
 Anti Hipertensi
Captopril
Capoten
D
Diltiazem/Diltiazem HCL
Cardizem Sr, Dilacor-XR, Diltiazem, Cardizem CD
C
Enalapril/Enalapril Maleate
Vasotec
C (1st trim.)
D (2nd, 3rd trim.)
Hydralazine
Apresoline
C
Labetalol
Trandate, Normodyne
C
Methyldopa
Aldomet
C
Metoprolol
Toprol XL, Lopressor
B
Minoxidil
Loniten, Minodyl, Rogaine
C
Nadolol
Corgard, Nadolol
C
Nifedipine
Adalat, Procardia
C
Oxprenolol
Apsolox, Slow-Trasicor, Trasicor
-
Propranolol
Inderol
C
Sotalol
Betapace
B
Timolol
Blocadren
C
Verapamil
Calan, Isoptin, Covera-HS
C

Nama Generik
Nama Dagang
Kategori Risiko Kehamilan**
  Cardiac stimulants
Digoxin
Lanoxin, Lanoxicaps
C
Laksan (Pelancar BAB)
Cascara/Cascara Sagrada
-
C
Danthron
-
-
Magnesium sulfate
Epsom salt
B
Senna
-
-
Obat malaria
Chloroquine
Aralen, Novo-chloroquine
C
Hydroxychloroquine
Plaquenil
C
Pyrimethamine
Daraprim
C
Quinine
Quinamm
D
Medical Testing
Diatrizoate
-
-
Fluorescein
-
C
Gadopentetic (Gadolinium)
-
C
Iohexol
Omnipaque
B
Iopanoic acid
Telepaque
D
Metrizamide
Amipaque
B
Metrizoate
Isopaque
B

Nama Generik
Nama Dagang
Kategori Risiko Kehamilan**
Obat Migren
Sumatriptan
Imitrex
C
Obat Sedativ
Chloral hydrate
Aquachloral, Noctec
C
Methyprylon (withdrawn from use in US & Canada)
-
-
Bromide
-
D
Secobarbital
Seconal
D
Obat Tidur
Zolpidem/Zolpidem Tartrate
Ambien
B
Obat Anti Tiroid
Carbimazole
-
D
Methimazole (active metabolite of carbimazole)
Tapazole
D
Propylthiouracil
PTU
D
Thiouracil
-
-
Levothyroxine
Synthroid, Levothroid, Thyroid, Levo-T, Levoxyl
A



DAFTAR PUSTAKA

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan _ farmakoterapi-info.htm. diakses tanggal 14 Oktober 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar